Pengalaman Kuliah di Program Studi Bahasa Inggris, Politeknik Negeri Jember


Lagu Ari Lasso judulnya hampa
Hidupnya hampa tanpa  jamu
Sudah sekian lama tidak berjumpa
Kini ku hadir kembali untukmu! ashiaapp~

Apa banget sih pantun aku, jayus banget parah hahaha 😂

Halooo readerku sekalian, selamat datang kembali! 
Kali ini, aku ingin berbagi dengan kalian pengalaman kuliahku, mulai dari masa-masa pencarianku untuk bisa melanjutkan kuliah setelah lulus dari SMA hingga saat ini aku berada. Masa-masa itu adalah masa-masa yang gabakal bisa aku lupain dong, karena hanya terjadi sekali seumur hidupku dan semua perjuangan yang aku lakukan benar-benar sampai titik darah penghabisan,  waduh udah kaya pahlawan aja ih iyalah pahlawan buat hidup aku sendiri dong haha. Sudah siap? Sediain obat pusing dulu takutnya ntar kalian kliyengan baca ceritaku yang belibet. Haha ga deng, canda!

Sebelum aku berkuliah disini, aku bersekolah di SMA Muhammadiyah 3 Jember, salah satu sekolah swasta di Jember yang berakreditasi A dan aku memilih untuk berada di jurusan Bahasa. Sekarang sudah jarang kita bisa menemukan jurusan Bahasa, karena umumnya hanya ada jurusan IPA dan IPS di SMA yang lain.  Tapi untungnya di sekolah aku masih ada yaa hehe. Aku memilih jurusan Bahasa karena dari SMP aku merasa passion atau minatku ada di Bahasa Inggris. Ketika aku bersekolah di jurusan Bahasa pun ternyata aku tidak salah pilihan, meski jurusanku dianggap minoritas di sekolah tapi tetap saja aku bisa berkembang dengan baik bahkan bisa membawa nama sekolahku ke ajang perlombaan tingkat provinsi yang aku juarai setahun yanglalu, saat aku duduk di kelas 12, Alhamdulillah.

Tapi semua orang pasti tahu, bagaimana beratnya masa-masa kelas 12. Ketika kita harus fokus meningkatkan nilai dengan tugas-tugas, ujian-ujian sekolah, masih ditambah dengan persiapan belajar untuk tes masuk perguruan tinggi dan Ujian Nasional tentunya. Aku lebih menitik beratkan diriku pada persiapan masuk perguruan tinggi. Jika ditanya soal pilihanku, aku awalnya tidak berpikir untuk memilih Politeknik Negeri Jember. Cita-citaku saat itu adalah program studi Sastra Inggris di Universitas Indonesia atau Universitas Negeri Jember.  Pada saat itu aku bahkan lebih memilih fokus mempelajari  materi SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeril) daripada Ujian Nasional, karena saat tes SBMPTN aku harus mengambil materi Sosial Humaniora (Soshum) yang mana basicnya sudah sangat berbeda dengan aku yang memilih jurusan Bahasa di SMA ini. Aku dengan sepenuh hati mempelajari materi SBMPTN mulai dari kelas 12 awal (semester  5). Berbagai tryout SBMPTN pun juga aku ikuti demi mendapat banyak referensi soal-soal Soshum yang aku sendiri masih sangat minim dalam memahaminya. Aku juga mengikuti bimbel online, yaitu Zenius. Setiap sore hingga malam aku belajar melalui bimbel online pada saat itu.

Aku sedikit demi sedikit menyicil materi-materi itu hingga tibalah aku di semester 6, dimana jalur masuk  SNMPTN  (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) mulai dibuka. Alhamdulillah aku mendapat kuota SNMPTN saat itu, dengan segenap nilai raporku terhitung mulai dari semester 1-5, sertifikat-sertifikat lomba ku di Bahasa Inggris, dan tentunya tekad yang bulat aku hanya memilih Universitas Indonesia – Sastra Inggris. Itu pilihan pertama dan terakhirku. Eh tapi temen temen, sebelum SNMPTN  dibuka, Politeknik Negeri Jember lebih dulu membuka pendaftaran/seleksi masuk melalui jalur rapor juga.  Yaitu PMDK-PA (Penelusuran Minat dan Kemampuan – Prestasi Akademik), nah disinilah aku mendaftar ke Politeknik Negeri Jember karena sesuai kesepakatan dengan orangtuaku, kami tidak boleh melewatkan peluang dan jadikan ini pilihan paling aman. Aku pun mendaftar di D3-Bahasa Inggris (untung saja ada prodi yang sesuai dengan minatku hehe) dan setelah mendaftar, aku melanjutkan persiapan batinku untuk SNMPTN saat itu.
Bulan demi bulan pun berlalu, tibalah aku di bulan Maret 2019. Bulan kelahiranku sekaligus bulan yang paling menakutkan bagiku. Pengumuman antara PMDK-PA dan SNMPTN hanya berjarak seminggu lebih dulu PMDK-PA, yaitu pada  tanggal 15 Maret 2019 dan SNMPTN 22 Maret 2019. Alhamdulillah aku lolos di PMDK-PA, namun sayangnya aku gagal di SNMPTN saat itu, dan aku pun sangat sedih hehe. Aku masih penasaran dengan SBMPTN, jadilah aku mengikuti SBMPTN dengan memilih Universitas Negeri Jember  - Sastra inggris saja. Tapi mungkin memang aku sudah ditakdirkan yah untuk berada di Politeknik Negeri Jember, maka dari itu SBMPTN ku gagal juga. Awal yang berat untuk menerima kenyataan, tetapi setelah aku jalani hingga saat ini aku bersyukur ditempatkan disini karena ternyata pembelajaran Bahasa Inggris seperti inilah yang kucari, yang mana cukup berbeda dengan Sastra Inggris itu sendiri. Alhamdulillah, banyak juga hikmah lain yang aku dapatkan dibalik kegagalan-kegagalanku kemarin hihi, tapi tidak bisa aku jelaskan disini semuanya. Just keep being grateful for everything you have 😊

Selama aku berkuliah disini, awalnya aku terkejut karena jadwal perkuliahanku yang begitu padat dari pagi hingga sore, berbeda dengan jadwal teman-temanku yang berkuliah di universitas negeri. Mereka bisa memilih jam kuliah sesuka mereka sendiri, dan dalam satu hari paling banyak ada 3 mata kuliah (jika dia ingin libur mulai hari Jum’at-Minggu). Sedangkan bagiku, sehari dengan 3 mata kuliah adalah yang paling sedikit dalam per minggunya, dan yang paling banyak adalah 5 mata kuliah di hari Selasa. Aku juga tidak dapat memilih jam kuliahku sendiri, karena Politeknik Negeri Jember menerapkan sistem paket yang mana SKS dan jadwal kuliah sudah dipaketkan, jadi mahasiswa mau tidak mau harus mengambil sesuai jumlah yang ada per semester. Di Politeknik Negeri Jember juga kehadiran atau presensi mahasiswa yaitu 100%, tetapi jika sakit atau berhalangan hadir juga tidak apa-apa asal melampirkan surat dokter yang jelas atau surat izin yang jelas. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sistem seperti ini dapat meminimalisir terjadinya keterlambatan lulus karena semua sudah diatur secara teknis, yang dapat menyebabkan seorang mahasiswa itu terlambat lulus ya karena nilai/progress mahasiswa dan presensi mahasiswa itu sendiri, karena jika mahasiswa terlalu banyak Alpha (A) di absennya dia tidak akan bisa mengikuti UTS/UAS sehingga ia tidak dapat melewati satu semester ini dan harus mengulangnya ditahun depan. Beginilah kampusku, terlihat kaku dan penuh peraturan tapi saat dijalani juga santuy-santuy aja gaes ahahaha. Yang ngga santuy tuh tugasnya, numpuk terus astagaaaa .

Diluar jam perkuliahan, aku mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) E-Club yang merupakan singkatan dari English Club. Karena aku menyukai Bahasa Inggris dan ingin mendapat tambahan ilmu Bahasa Inggris, maka tanpa ragu lagi aku mengikuti UKM ini. Di UKM E-Club, mahasiswa dipersilahkan memilih salah satu dari  4 bidang Public Speaking yang tersedia, seperti Speech, Story Telling, News Casting, dan Debate. Aku sendiri memilih News Casting karena aku pernah menjuarai lomba News Casting dan cukup menguasai teknik-teknik pembacaan berita dalam Bahasa Inggris. Dari UKM juga aku memiliki banyak kenalan dari teman-teman kampus yang berbeda jurusan denganku dan baru saja UKM-ku mengadakan lomba Bahasa Inggris untuk mahasiswa tingkat nasional yang bernama Polije English Competition (PEC) 2019. Peserta lomba PEC 2019 ini berasal dari berbagai universitas-universitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Yang di lombakan dalam ajang ini adalah Public Speaking dengan 4 bidang yang sama namun lebih spesifik di setiap bidangnya dan lebih banyak variasinya. Aku berpartisipasi dalam acara ini sebagai panitia pendamping peserta atau Liason Officer (L.O). Dari acara ini aku mendapat banyak kenalan baru, baik dengan sesama panitia atau peserta dari luar kampus Politeknik Negeri Jember. Acaranya berlangsung 1 hari penuh tapi tidak sampai tengah malam juga yaa hehe, melelahkan sih tapi overall asik acaranya. Meski bertemu dengan teman-teman baru, aku tidak akan lupa dong dengan teman lamaku yang sudah kenal sejak kami ospek  bersama. Teman-teman satu angkatanku lumayan humble, apalagi teman satu golonganku (Golongan A). Rata-rata kesukaan mereka sama sih, jajan. Makan aja terus, ke kantin, ngejar promo akhir tahunan, suka nyemil dan berisik banget parah. Sukanya bercanda, gibahin yang ga penting, nyanyi keras-kerasin astaga udahlah bobrok banget. Tapi aku cocok sama mereka ya aku sendiri juga kaya mereka dong sukanya banyak omong dan makan astagaaa hahahaha,  gaada bener-benernya orang emang. 😰

Berbeda dengan dosen dan teknisi di jurusanku (Bahasa, Komunikasi, dan Pariwisata) kalau dilihat dari style berbusananya mereka terlihat rapi, berwarna, dan gaul. Tidak terlalu kaku, tetapi tetap formal. Dosen-dosen dan teknisiku terlihat anggun dan berwibawa sesuai usianya. Mereka dengan gaya mengajar masing-masing dapat menguasai perhatian di dalam kelas dan sangat peduli demi masa depan mahasiswanya. Banyak dari mereka yang memberi kami nasihat-nasihat karena kami masih freshman hehe. Uh, ter-love emang yaa haha. Yang bikin betah lagi di jurusan ini adalah fasilitas kelas dan laboratorium bahasanya. Sangat comfy untuk ditempati apalagi untuk aku yang suka langsung ngantuk kalau kena ruang full AC hahaha, kan kumat lagi deh. Juga ada komputer-komputer dan sound yang memadai untuk kami belajar mata kuliah komputer dan listening. Oke banget deh jurusanku, uWu! 💖

Berbicara tentang masa depan,  tentu aku punya cita cita atau goals yang ingin aku capai dari sini. Aku ingin bisa bekerja sesuai passionku, entah itu sebagai costumer service di bandara, atau nantinya aku akan bekerja sebagai staff perhotelan. Karena ranah kerja dari program studiku sekilas seperti itu. Tapi nih, kalau cita-cita awal banget kenapa aku memilih program studi Bahasa Inggris ya karena aku ingin bekerja sebagai staff kedutaan. That’s why, pilihanku untuk berkuliah jatuh di prodi Sastra Inggris (pada awalnya), tapi kalau tidak terealisasi seperti yang aku impikan ya tidak apa apa asalkan aku dapat lulus dari Polije dan mendapat pekerjaan yang layak serta mampu untuk membiayai hidupku sendiri. Semoga saja lancar yaa studiku. Aamiin.🙏

So, dari cerita-ceritaku diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa impian yang sangat kita  inginkan belum tentu baik bagi kita kedepannya. Aku juga belum mengerti kenapa aku tidak berhasil kemarin, tapi mungkin melihat lingkungan pergaulan yang tercipta disana (karena mendengar dari cerita temanku yang berkuliah seperti impianku), sepertinya aku tidak akan cocok untuk lingkungan seperti mereka.  Dari kegagalan-kegagalan kemarin aku juga belajar memahami bahwa Tuhan menakdirkan aku untuk terus melanjutkan kehidupanku di Politeknik Negeri Jember, membuatku membangun harapan baru yang sebelumnya belum pernah aku rancang. Toh ternyata, pilihan Tuhan juga tidak seburuk yang aku kira, buktinya aku sangat menikmati keadaanku yang sekarang, meskipun tantangan atau kesusahan itu pasti ada, nyatanya aku tetap menjalani dengan enjoy dan hidup di lingkungan dengan orang-orang yang baik yang bisa menunjang progressku kedepannya. Bagaimana mungkin aku tidak bersyukur? Karena jalanku telah dimudahkan dengan masuk melalui jalur rapor tanpa perlu kebingungan lagi mengikuti tes kesana kemari. Jadi,  buat kalian yang masih merasa selalu kurang dan selalu ingin yang lebih dan lebih dari keadaanmu yang sekarang, coba tengok jalanmu kebelakang. Sudah berapa banyak kemudahan yang kamu dapat hingga saat ini dan belajarlah untuk mensyukuri semua karunia-Nya.
You got it? I’ll see you on the next blog!

Luv, Alya.



Komentar